Jumat, 14 September 2018

KARYA ILMIAH BERTEMA PENDIDIKAN


PENDIDIKAN ANAK AUTIS
DI DAERAH SEMARANG
                                                                    









oleh
Ratna Nurul Hidayah
XI IPA 2

Yayasan Hortikultura
SMA SULUH
Jalan Palapa Raya Nomor 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan



Jakarta, Mei 2012







LEMBAR PENGESAHAN



Guru Bahasa Indonesia                                                                       Penulis


Dian Novrina, S.Hum                                                               Ratna Nurul Hidayah







KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T  atas berkat rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan. Serta  kemudahan dan kelancaran sehingga karya ilmiah ini dapat selesai tepat waktu.
Karya ilmiah ini dapat selesai berkat dukungan, semangat dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Guru Bahasa Indonesia Bu Dian Novrina, S.Hum. yang telah membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ini.
2.      orang tua memberikan semangat dan memberi dukungan baik mental maupun materi.
3.      teman kelas sebelas yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini terutama untuk kelas XI IA 2.
Penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat terus dikembangkan sebagai ilmu terhadap masa depan. Karya ilmiah ini masih belum sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membuat tulisan berikutnya menjadi lebih baik lagi dari karya ilmiah ini.


Jakarta, Mei 2012


       Penulis
 



KATA PENGANTAR


Alhamdulilahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkankan kepada Allah SWT yang telah menolong dan membimbing hamba-Nya untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan penuh kemudahan dan kesabaran. Tanpa pertolongan dan karunianya mungkin penulis tidak sanggup untuk menyelesaikan  karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman, terutama guru Bahasa Indonesia kelas XI, yaitu Guru Bahasa Indonesia Bu Dian Novrina, S.Hum. yang telah membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ini. Dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa di sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Walaupun penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna dan tak terlepas dari  keterbatasan dan kesalahan.
Karena itu, demi mencapai tujuan, pemikiran pembaca sangat di harapkan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya agar karya penulis berikutnya menjadi lebih baik. Terima Kasih. Wassalam.

                                                                                                Jakarta, Mei 2012

          Penulis






ABSTRAK

Penelitian dalam karya ilmiah ini menjelaskan pendidikan anak autis di daerah Semarang, perbedaan cara belajar anak autis dengan anak normal, cara pembelajaran anak autis, dan kenapa anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus. Kata kunci yang di gunakan dalam karya ilmiah ini adalah, pendidikan, anak autis dan pebelajaran khusus.
 



DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ....................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Abstrak .......................................................................................................................... iii
Daftar isi ........................................................................................................................ iv
Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................... 1-4
            1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
            1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
            1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
            1.4 Metode Penelitian .......................................................................................... 3
            1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
            1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
Bab 2 Kajian Teori ..................................................................................................... 5-7
            2.1 Pendidikan ..................................................................................................... 5
            2.2 Anak Autis ..................................................................................................... 6
            2.3 Penanganan Pembelajaran Khusus Anak Autis ............................................. 7
Bab 3 Metodologi Penelitian ......................................................................................... 8
            3.1 Metodologi Studi Pustaka .............................................................................. 8
            3.2 Langkah-langkah Penelitian .......................................................................... 8
            3.3 Penyajian Hasil .............................................................................................. 9
Bab 4 Pembahasan Isi ............................................................................................ 10-13
            4.1 Perbedaan cara pembelajaran anak autis dengan anak normal .................... 10
            4.2 Cara pembelajaran anak autis ...................................................................... 12
            4.3 Penyebab kenapa anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus ............................................................................................................................ 13
Bab 5 Penutup .............................................................................................................. 14
            5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
            5.2 Saran ............................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 15

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Anak merupakan aset penting untuk keberlangsungan suatu bangsa karena mereka adalah tonggak pembangunan masa depan. Setiap anak akan mengalami masa – masa perkembangan sesuai dengan tingkatan usia. Selama masa perkembangan, anak akan mendapatkan pendidikan dari segi formal, non formal dan informal. Orang tua berperan dalam memberikan pendidikan informal dan menunjang perkembangan anak karena waktu anak lebih banyak dihabiskan bersama orang tuanya. Pendidikan non formal dan formal akan diterima anak pada jenjang pra sekolah dan sekolah. Pada pendidikan formal dan non formal guru berperan dalam perkembangan perilaku dan akademis setiap anak.
Setiap orang tua maupun guru selalu menginginkan yang terbaik bagi anak. Hal ini di lihat dari pendidikan yang diberikan dan perkembangan pada setiap anak. Namun tidak semua anak dapat tumbuh dan berperilaku seperti anak normal lainnya. Dalam kenyataannya terdapat dua jenis anak, yaitu anak normal dan anak berkebutuhan khusus yang keduanya memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Namun kedua jenis anak ini berbeda. Anak normal dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan, apa yang ia inginkan serta dapat berkomunikasi dengan baik. Namun anak autis yang memiliki gangguan pada syaraf sehingga mengakibatkan terjadinya ganggguan perkembangan anak, seperti anak tidak dapat mengontrol emosinya, anak enggan untuk berbicara dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Beberapa perilaku berbeda yang dimiliki anak autis menunjukan bahwa anak autis memiliki dunianya sendiri yang terkadang tidak dipahami oleh orang lain.
Anak berkebutuhan khusus misalnya juga memiliki hak dalam mengembangkan diri dan memperoleh pendidikan. Hal ini tentunya diperlukan penanganan khusus mengingat keadaan yang ada pada anak tersebut. Anak autis biasanya mengalami kesulitan komunikasi baik komunikasiisyarat (non verbal) maupun komunikasi berbahasa (verbal), antara lain terdapat kesulitan atau keterlambatan berbicara atau berbahasa. Anak autis kurang memahami pembicaraan sehingga terlihat seolah – olah seperti anak dengan gangguan pendengaran. Pada anak autis jelas terjadi defisit dalam kemampuan komunikasi dan terjadi penyimpangan berbahasa. Anak autis sedikit menggunakan arti dalam daya ingat dan proses berpikirnya. Percakapan tidak ditandai oleh saling tukar dan timbal balik, pembicaraannya sering mengandung ekolalia segera atau terhambat.
Belum ada data akurat mengenai jumlah yang mengalami gangguan perkembangan semacam itu di Indonesia. Autisme terjadi 5 dari 10.000 kelahiran. Bahkan tiga tahun belakangan meningkat menjadi 1 dari 500 kelahiran dan menurut data dari www.autis.info perbandingan di Indonesia telah mendekati 1 : 160 per kelahiran. Berdasar wawancara kepada Ir. Nurini, MT  bahwa jumlah penderita autis di Semarang cenderung meningkat. Saat ini tercatat 200 orang yang terdata oleh yayasan. Namun, beliau mengatakan jumlahnya bisa lebih banyak dari itu.
Penyebab seseorang menjadi autis adalah ketunaan pada sel otak mereka saat masih dalam kandungan. Hal ini bisa diakibatkan oleh virus, polusi seperti dari kendaraan bermotor maupun gangguan lain yang menyebabkan rusaknya sel otak pada anak. Meski sudah berkembang pemberitaan tentang autisme, kebelumpahaman masyarakat membuat mereka menyamakan autisme dengan orang berkebutuhan khusus lainnya sehingga terjadi kesalahan penanganan yang biasanya hanya terfokus pada gejala penyerta dari anak autis tersebut. Penanganan autis yang selama ini dilakukan adalah dengan didirikannya tempat-tempat terapi bagi pribadi berkebutuhan khusus. Namun tempat terapi tersebut umumnya merupakan alih fungsi dari rumah hunian dari seseorang dan masih memiliki distraksi (gangguan) bagi penanganan autis. Penanganan yang lain adalah SLB bagi yang memiliki kecerdasan kurang. Semarang sebagai salah satu kota industri manufaktur dengan beberapa pabrik terbangun dan makin berkembangnya kepadatan kendaraan bermotor ikut menjadi penyumbang potensi gangguan polusi pada masyarakat, termasuk bayi dalam kandungan. Meski belakangan Semarang memprogramkan sebagai Kota Ramah Anak (Suara Merdeka, 24 Juli 2009), penanganan penyandang autis belum maksimal. Keberadaan penyandang autis di Semarang masih mengandalkan program terapi yang belum sepenuhnya lepas dari distraksi dan menempati tempat yang berasal dari pengalihfungsian sebuah hunian serta melalui program pelayanan pendidikan di SLB. Namun di SLB pun program yang diterapkan untuk penyandang autis masih disamakan dengan retardasi mental (metode klasikal) padahal seseorang dengan kecenderungan autis memerlukan pendampingan agar materi dapat dimengerti. Dengan demikian, perencanaan dan perancangan tempat yang mengakomodasi kegiatan terapi dan pendidikan yang sesuai dengan karakter penyandang autis. Tujuan dari fasilitas ini adalah membuat anak autis menjadi lebih baik melalui kegiatan terapi dan pendidikan. Skala pelayanan adalah tingkat Semarang. Fasilitas ini direncanakan menggunakan konsep arsitektur yang merespon karakter anak autis. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk memilih tema “Pendidikan Anak Autis” yang berjudul “Pendidikan Anak Autis di Daerah Semarang” dalam karya tulis ini, dengan harapan agar pembaca dapat lebih memahami mengenai pendidikan Anak Autis.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1.      apa perbedaan cara pembelajaran anak autis dengan anak normal?
2.      bagaimana cara pembelajaran anak autis?
3.      mengapa anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus?

1.3  Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      menjelaskan perbedaan cara belajar anak autis dengan anak normal,
2.      menjelaskan cara pembelajaran anak autis, dan
3.      menjelaskan kenapa anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus.

1.4  Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, yang mengambil sumber dari beberapa artikel yang ada di internet.

1.5  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan, yaitu pembaca dapat mengetahui pendidikan yang dijalani penyandang autis, dapat mengerti pengertian dari pendidikan. Manfaaat selanjutnya pembaca dapat mengetahui tentang cara penanganan pembelajaran khususnya anak autis, dan untuk mengetahui perbedaannya.

1.6  Sistematika Penulisan
Karya tulis ini berisi pembahasan tentang pendidikan anak autis, pembelajaran khusus autis serta penyebab mengapa harus adanya penanganan khusus, yang akan dibahas dalam lima bab yaitu :
Bab 1, pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah/identifikasi masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
Bab 2, kajian teori, terdiri dari pengertian pendidikan, pengertian pendidikan anak autis, dan keistimewaan pembelajaran anak autis.
Bab 3, metodologi, terdiri dari metode yang digunakan, langkah-langkah penelitian dan penyajian hasil.
Bab 4, pembahasan isi, terdiri dari pembahasan penyebab kenapa anak autis harus  memerlukan penanganan khusus.
Bab 5, penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.















BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Pendidikan
Pendidikan sangat di butuhkan oleh masyarakat,terutama pada anak-anak. Menurut  Thedore Brameld, istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).
MACAM atau JENIS PENDIDIKAN
Dalam wikipedia disebutkan beberapa jenis pendidikan yang berkembang di indonesia, yaitu:
Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.
Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.



Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB). Sekolah jenis ini di perkhususkan untuk anak yang memiliki keterbelakangan atau disebut anak autis.

2.2 Anak Autis
Masalah Pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah anak berkesulitan belajar, terutama penyandang autisme. Mengingat di Negara kita belum ada upaya yang sistimatis untuk menanggulangi kesulitan belajar anak autisme, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan secara umum. Peningkatan pelayanan pendidikan itu diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta meminimalkan problem belajar terutama pada anak-anak autisme (learning problem). Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan pendidikan anak autisme diperlukan pendidikan integrasi dan implementasinya dalam bentuk group/kelas (sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui modifikasi perilaku.
Perlu diketahui bahwa setiap anak autis memiliki kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda. Ada anak autis yang mampu berbaur dengan anak-anak ’normal’ lainnya di dalam kelas reguler dan menghabiskan hanya sedikit waktu berada dalam kelas khusus namun ada pula anak autis yang disarankan untuk selalu berada dalam kelas khusus yang terstruktur untuk dirinya. Anak-anak yang dapat belajar dalam kelas reguler tersebut biasanya mereka memiliki kemampuan berkomunikasi, kognitif dan bantu diri yang memadai. Sedangkan yang masih membutuhkan kelas khusus biasanya anak autis dimasukkan dalam kelas terpadu, yaitu kelas perkenalan dan persiapan bagi anak autis untuk dapat masuk ke sekolah umum biasa dengan kurikulum umum namun tetap dalam tata belajar anak autis, yaitu kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb).
Anak autis harus di beri penanganan khusus agar lebih berkembang dan menjadi anak yang bisa mandiri seperti anak normal lainnya. Maka, anak autis membutuhkan penanganan pembelajaran.

2.3  Penanganan Pembelajaran Khusus Anak Autis
Penanganan masalah belajar anak autisme melalui pendidikan integrasi berupa  konsep pendidikan integratif memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain: Menempatkan anak autisme dengan anak normal secara penuh. Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, efektif, fisik, intuitif secara integrasi.
Menurut pandangan penulis, yang di maksud dengan pendidikan integratif adalah : Mengintegrasikan anak autisme dengan anak normal sepenuhnya. Mengintegrasikan pendidikan anak autisme dengan pendidikan pada umumnya. Mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani, intuisi, pada autisme. Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan. Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk sosial.



BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Studi Pustaka
            Dalam setiap penelitian, pasti ada sebuah atau beberapa metode  yang digunakan peneliti. Metode yang digunakan dipilih sesuai kebutuhan penelitian itu. Sebelum membahas, macam-macam metode, penulis akan membahas tentang pengertian metode terlebih dahulu.
Metode adalah sebuah cara yang digunakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode dalam penelitian ada beberapa macam, seperti metode studi pustaka, metode wawancara, metode observasi, metode penelitian, dan metode pengamatan. Observasi adalah pengamatan langsung pada suatu objek yang akan diteliti. Dalam metode ini diadakan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti. Wawancara pengumpulan data dengan wawancara diperlukan untuk mengetahui kesulitan serta kebiasaan pengguna dalam menyelesaikan tugasnya .
Namun dari semua metode itu, penulis hanya menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari buku-buku literatur. Menurut Gorys Keraf (1997: 165) metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang memanfaatkan buku atau literatur sebagai bahan referensi untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat para ahli dengan mendapatkan kesimpulan tersebut sebagai metode sendiri.

3.2 Langkah-langkah Penelitian
            Penelitian dalam karya tulis ini dibuat dengan mengikuti langkah-langkah penelitian, yaitu:
1.menentukan topik, tema, dan judul penelitian,
2.mencari dan mengumpulkan data-data atau sumber-sumber,
3.mengolah dan menganalisis data, dan
4.menyusun karya tulis.

3.3 Penyajian Hasil
            Hasil penelitian ini, penulis sajikan dalam paragraf untuk penjelasan.

















BAB 4
PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI DAERAH SEMARANG

4.1 Perbedaan cara pembelajaran anak autis dengan anak normal
Perbedaan cara pembelajaran anak autis dengan anak normal terletak pada penyampaiannya. Penyampaian pembelajaran anak autis bisa dengan cara memberikan mainan yang mereka suka. Permainan dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi anak autis selama pembelajaran berlangsung. Terapi bermain bagi penyandang autisme dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain. Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang muncul, juga jika anak sering menyakiti diri sendiri. Mengenalkan anak pada permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan memberi kegiatan lain sehingga diharapkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat dapat diminimalkan.
Cara penyampaian pembelajaran dapat juga dengan terapi khusus untuk anak autis. Untuk menentukan terapi yang paling cocok bagi anak autis pada awalnya perlu dilakukan asesmen atau pemeriksaan menyeluruh terhadap anak itu sendiri. Asesmen itu bertujuan untuk mengetahui derajat keparahan, tingkat kemampuan yang dimilikinya saat itu, dan mencari tahu apakah terdapat hambatan atau gangguan lain yang menyertainya. Biasanya terapi yang diberikan adalah terapi untuk mengembangkan ketrampilan-keterampilan dasar seperti, ketrampilan berkomunikasi, dalam hal ini keterampilan menggunakan bahasa ekspresif (mengemukakan isi pikiran atau pendapat) dan bahasa reseptif (menyerap dan memahami bahasa). Selain itu, terapi yang diberikan juga membantu anak autis untuk mengembangkan ketrampilan bantu diri atau self-help, ketrampilan berperilaku yang pantas di depan umum, dan lain-lain. Dengan kata lain, terapi untuk anak autis bersifat multiterapi. Terapi yang dapat di lakukan untuk anak autis sebagai berikut.
1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.                    2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.                                                             3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.                     4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.                                                                   5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme.                                                                                                                                           6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan).                                                                                              7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna.                                                                                                                                               8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb).                                                                                   9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air.                                                                                       10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.
            Dalam pengajaran anak autis juga dibutuhkan pengajar yang selain memiliki kompetensi yang memadai untuk berhadapan dengan anak autis tentunya juga harus memiliki minat atau ketertarikan untuk terlibat dalam kehidupan anak autis, memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, dan kecenderungan untuk selalu belajar sesuatu yang baru.
Dalam pembelajaran anak autis di ajarkan komunikasi (bahasa ekspresif dan reseptif), ketrampilan bantu diri, ketrampilan berperilaku di depan umum, setelah itu dapat diajarkan hal lain yang disesuaikan dengan usia dan kematangan anak serta tingkat inteligensi.



4.2 Cara pembelajaran anak autis
            Sebelum mengetahui Metode belajar, di perlukan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi anak autis yang disesuaikan dengan usia anak. Serta, kemampuan dan hambatan yang dimiliki anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak autis. Pendekatan yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode. Ada beberapa model pendekatan pembelajaran bagi penderita autisme. Pendekatan pembelajaran tersebut didapat melalui pendidikan formal dan pendidikan di rumah. Pendidikan di rumah tersebut adalah pendidikan atau pengajaran yang diberikan secara khusus oleh orang tua dengan metode yang berbeda sebagai bekal awal bagi anak yang menderita autistik. Pendidikan tersebut berupa terapi-terapi khusus.
METODE PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTIS
1.      Discrete Tial Training (DTT) : Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2.       Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.
3.       Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
4.      TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.
4.3 Penyebab kenapa anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus
            Anak autis dengan keterbatasan yang ada, harus memiliki penanganan pembelajaran khusus karena mereka memiliki Perilaku yang berbeda dengan anak normal dan mereka memiliki hambatan dalam belajar. Hambatan-hambatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau ceroboh                                                               
 b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain                                
 c. tidak perhatian saat bicara dengan orang lain                                                                             
 d. Tidak mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan tugas                                                 
 e. sulit mengorganisasikan tugas dan aktivitas
2. hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah /tidak tenang di tempat duduk                                                                                       
 b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas / situasi lain dimana seharusnya duduk tenang                                                                                                                           
 c. berlari atau memanjat berlebihan, selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin                                                                                                                                                    
 d. kesulitan bermain/terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan                                                 e. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai. (Impulsivitas), berbicara terlalu banyak f. sulit menunggu giliran (Impl) menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain








BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari bab 4, dapat disimpulkan bahwa penyebab anak autis harus memiliki penanganan pembelajaran khusus, karena anak autis memiliki keterlambatan dan kesulitan dalam hal belajar. Karena anak autis kurang kemampuan memusatkan perhatian, tidak mapu untuk mengikuti perintah , sulit mengorganisasikan tugas, dan tidak perhatian saat berbicara dengan orang lain.

5.2  Saran
Dari penanganan pembelajaran pendidikan pada anak autis di atas, masih banyak cara yang harus di lakukan agar anak autis dapat sederajat dan dapat dianggap sebagai anak normal. Maka, di perlukannya perhatian yang lebih kompleks. Oleh karena itu, perlunya kerja sama untuk mebangun layanan pendidikan anak autis yang lebih maju.

















DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/1497/
http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/pengertian-definisi-pendidikan-menurut.html
http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/makalah/151-penanganan-masalah-belajar-anak-autisme-melalui-pendidikan-integrasi

           





 


Template by:

Free Blog Templates